Kamubisa ngaji? Terus pacaran? Ngajinya sudah sampai Al-Isra ayat 32 belum? Pura-pura nggak denger ketika Allah melarang pacaran. Ketika DISAKITI nangis ngadu. Ya Allah, cobaan apa ini? Kenapa aku? Izinkanku mencintaimu dalam diam. ~ Jomblo Mulia Hari ini, banyak orang bicara cinta, padahal sejatinya nafsu belaka. haloodulur vidoe sering tentang kata kata hikmah ngaji diri dan ngaji rasa, 4k5 pancerkata kata hikmah, ngaji diri dan ngaji rasa 4k5 pancerkata kata hikmah 32Kata-kata Motivasi Giat Belajar. Mei 09, 2022. Kata-kata Motivasi Giat Belajar. Perjuangan menggapai segala harapan dan cita-cita mulia kamu tentunya tidak berhenti hanya karena kamu gagal atau lelah. Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga. Harapanselanjutnya ialah mereka bisa merasakan nikmatnya mengaji, merasakan nikmatnya mempelajari ilmu-ilmu Allah SWT, serta menjadikan mengaji dan mempelajari ilmu-ilmu Allah sebagai jalan ketenangan dalam menjalani kehidupan," kata Gus Baha'. "Wong sing ngaji iku yo ono sing kakehan utang, ono sing diamuk bojone, terus milih ngaji (Orang Katakata mutiara dalam bahasa apapun memiliki makna dan keindahan, sehingga dalam bahasa apapun baik itu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, tetaplah memiliki makna dan keindahan. Anda tidak perlu khawatir jika anda tidak memahami kata kata mutiara dari bahasa bahasa daerah yang anda tidak pahami karena makna atau artinya yang baik NgajiKitab Bidayatul Hidayah: Menasihati Diri. Banyak yang bisa menasihati tapi enggan untuk menerima nasihat. Mulutnya dipakai untuk mengoreksi apa yang kurang pada diri orang lain sedang telinganya tertutup rasa sombong dalam diri untuk menerima koreksian dari orang lain. Dalam konteks ini, Imam al-Ghazali memberikan pandangan bahwa Mengutipkata Pak Faiz, saatnya kita mencerna apa-apa yang sudah didulang di Ngaji Filsafat selama ini. Dan memang, saat ini kita harus mencernanya lebih lama. Hingga suatu saat kita akan mendengar lagi sebuah kalimat yang biasa Pak Faiz sampaikan di awal-awal ngaji, "Bismillah, kita lanjutkan ngaji kita". Akhirnya. Segenapkata-kata bijak mutiara ini adalah ungkapan terima kasih kepada guru agama Islam dan guru ngaji serta doa terbaik untuk mereka. Totalnya ada 60 bait-bait ucapan mutiara tentang guru Islami yang bisa kamu bagikan sebagai caption maupun quotes di media sosial. ATQY8B. Ngaji Diri adalah introspeksi diri Kata "Ngaji Diri Ngaji Rasa" adalah istilah kata Bahasa sunda yang merupakan kata untuk mengingatkan seseorang agar dia tidak berlebihan dalam mengatur segala urusan orang lain, seperti orang tersebut sok suci dan hanya dia yang merasa paling benar, padahal dia sendiri masih banyak kekurangannya dan banyak salahnya dari pada kita. Baca juga kata "Halig" bahasa sunda kasar dan artinya Kata ini merupakan kata siloka sedikit tetapi memiliki arti yang menyentuh, jika ada orang yang selalu mengatur dan menasehati dengan berlebihan padahal kita tahu dia sendiri melakukan hal tersebut biasanya orang langsung mengucapkan kata "Ngaji Diri Ngaji Rasa". Atau hanya untuk menasehati diri kita sendiri agar hidup kita tidak selalu berlebihan dalam segala hal, saling menasehati adalah hal yang paling baik tetapi jika itu berlebihan tentu itu menjadi buruk, karena yang paling ditakutkan datang nya rasa sombong terhadap diri kita sendiri. Arti "Ngaji Diri" merupakan kita harus membaca pada diri kita, sebelum melakukan segala sesuatu apakah ilmu kita sudah cukup apakah hidup kita sudah sempurna, jadi pada intinya sebelum melakukan sesuatu dalam keseharian kita, harus sesuai dengan kadar kemampuan diri kita sendiri, contohnya motor satu tapi penumpang 10 orang maka apa yang terjadi pada motor itu begitupun kehidupan tentu itu harus seimbang dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Arti pada "Ngaji Rasa" merupakan merasakan apa yang ada pada diri kita, contoh kecil nya, sebelum mencari kesalahan orang lain lebih baik koreksi terlebih dahulu segala perbuatan diri kita, kesalahan kita apakah hidup kita sudah benar apakah hidup kita sudah sempurna, tentunya setiap manusia itu tidak ada sempurna dan kita masih banyak sekali kekurangan nya. Kita boleh menasehati orang dan itu sangat dianjurkan oleh agama tetapi jika itu berlebihan tentu hal tersebut menjadi hal yang tidak baik untuk diri kita maupun orang lain. "Ngaji Diri Ngaji Rasa" merupakan nasehat diri agar hidup kita disukai oleh banyak orang dan sebelum melakukan segala sesuatu kita selalu ingat kepada yang maha kuasa dan selalu berserah diri kepada ALLAH SWT. Demikian Arti dari "Ngaji Diri Ngaji Rasa" semoga renungan ini dapat bermanfaat mohon maaf apabila masih banyak kekurangannya dan nantikan informasi-informasi menarik lainnya terimakasih. Falsafah ngaji rasa adalah falsafah hidup Sunda dan Jawa yang sarat akan makna. Falsafah hidup ini sebenarnya menyebarluas di kehidupan leluhur kita dulu namun banyak dari generasi kini yang belum tentu tau dan menghayati pemaknaannya. Istilah “Ngaji Rasa” sebenarnya sudah saya dengar sekilas sewaktu berbincang dengan sahabat saya. Istilah itu kemudian mengendap lama karena saya sangat takjub dengan pemaknaan di balik falsafah hidup tersebut. Istilah “ngaji rasa” kemudian menjadi semacam pertimbangan jika sewaktu-waktu saya bertindak baik mengucapkan atau melakukan sesuatu. Sebelum saya bahas pemaknaan falsafah “ngaji rasa”, saya coba sekilas kaji pengertiannya dari segi bahasa. “Ngaji rasa” adalah gabungan dari dua kata yaitu ngaji dan rasa. “Ngaji” berasal dari kata kaji yang artinya belajar, mempelajari atau mengkaji sedangkan kata “rasa” adalah tanggapan yang dialami indra atau yang dialami hati. Kata ngaji dari istilah “ngaji rasa” lebih dekat pada kata “mengkaji”. Mengkaji menurut KBBI adalah bentuk kata kerja artinya belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan; mempertimbangkan; menguji; menelaah. Ngaji rasa adalah mengkaji sesuatu yang menjadi tanggapan indrawi maupun tanggapan hati. Sebab hidup manusia diberkahi dengan akal dan hati, maka akal yang mengusahakan untuk mengaji dan hati yang mengusahakan untuk merasa. Akal dan hati tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan, juga keduanya adalah modal utama untuk ngaji rasa. Rasa sebagai objek untuk dikaji tidak hanya sebatas perasaan yang kita rasa, namun juga rasa sebagai pengertian respon indrawi yang mencakup rasa sakit, pahit, geli, gatal, ngilu dan sebagainya. Konsep pada falsafah ngaji rasa terletak pada keterhubungan antar rasa rasa dan perasaan, artinya satu adalah semua dan semua adalah satu. Dalam sebuah hadis dikatakan ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit. Jika kita sakit gigi misalnya, maka tubuh serasa seluruhnya sakit meskipun tidak bisa kita tunjuk dan bawaannya tidak enak untuk melakukan apapun. Begitu juga seharusnya dalam lingkup sosial, empati sesama manusia. Jika temanmu merasakan penderitaan atau tersakiti maka sepatutnya kamu juga berempati untuk menolong dan menjaganya supaya ia tidak merasa tersakiti rasa atau perasaan. Pemaknaan tentang ngaji rasa adalah bagaimana kita mempertimbangkan sesuatu sebelum bertindak dengan sebuah pertanyaan atau pernyataan pada diri kita. Pertanyaan dan pernyataan ini benar-benar ditunjukan pada nurani diri sendiri. Di sinilah letak ngaji dalam falsafah “ngaji rasa” terutama tindakan-tindakan yang ditunjukkan pada orang lain. Contohnya, Jika kita bercanda dengan menghina keterbatasan orang lain, maka sebelumnya kita ajukan dulu pada diri kita; “jika saya di posisi dia, apakah saya juga akan merasa senang atau tidak?” Kata kuncinya adalah berbalik, balikan perasaan orang lain dengan persaanmu sendiri lewat pertanyaan dan pernyataan. “Jika kamu tidak suka dihina, maka jangan hina orang lain. Jika kamu merasa sakit dipukul orang lain, maka jangan pukul orang lain” “Jika kamu merasa senang dicintai orang lain, maka cintailah orang lain. Jika kamu senang di tolong orang lain, maka tolonglah orang lain” Jauh lebih dalam pemaknaan ngaji rasa yang berhubungan dengan nurani adalah ngaji rasa pada diri sendiri dengan tindakan jelek yang dilakukan pada diri sendiri mendzalimi diri. Sebelum mendzalimi diri sendiri maka pertimbangkan dahulu ngaji pada diri sendiri apakah dengan tindakan ini saya akan merasa rugi? Sombong atau iri hati misalnya, kan tidak ada ruginya bagi orang lain. Lalu apa ada yang bisa saya pertanyakan lagi sebagai bahan mengaji? Ada. Yang saya sakiti adalah hati nurani sendiri, jika saya membiarkannya terus melakukan dosa kejelekan maka dalam hati nurani saya akan menjadi titik hitam per satu dosa. Jika terus menerus melakukan kejelekan makan akan banyak titik hitam dan terus menghitamkan hati nurani kita. Jika hati kita sudah sangat hitam, maka susah untuk menangkap cahaya kebaikan. Kebaikan yang ia dapat sendiri maupun diberitahu oleh orang lain meskipun ia “tau” tentang kejelekkannya. Ingat, tau belum tentu ngerti , ngerti juga belum tentu bisa. Begitu pula sebaliknya, jika kita melakukan yang terbaik untuk diri sendiri, siapa yang merasa untung dan senang? Tidak hanya diri kita tapi juga orang lain, dan itulah konsep holistik dalam falsafah “ngaji rasa” karena jika diri sendiri sudah baik pasti akan berdampak pada orang lain. Disadari atau tidak, kebaikan dan kejelekan pasti akan menular. Bayangan saya jika setiap pejabat benar-benar mempertimbangkan rasa dan perasaan sebelum bertindak untuk dirinya atau orang lain, maka penyakit negeri ini prihal korupsi akan hilang. Koruptor yang marak sekali saat ini saya yakin tidak mempertanyakan diri atas pertimbangan kerugiannya jika ia di posisi rakyat yang didzalimi penguasa korupnya dengan sepenuh hati. Demikian sekilas catatan saya tentang ngaji rasa sesuai dengan pemaknaan yang saya pahami. Ngaji rasa akan menciptakan keselarasan cinta dan kasih antar manusia dan semua ciptaan Tuhan.