Kumpulancerpen dalam buku Cinta Tak Ada Mati ini terdiri dari beberapa tema yang menampilkan peristiwa yang absurd, orang-orang terbuang dan sebab-akibat yang dilakukan setiap karakter yang berusaha melawan kenyataan dan ketidakadilan yang ada. Saat pertama kali membaca kumpulan cerpen Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan, awalnya saya mengira
Tidakada hal yang membahagiakan jika berbicara tentang kematian. Kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai, meninggalkan kita dalam kesedihan dan penderitaan. Ada banyak kisah menyedihkan tentang mereka yang ditinggal mati. Dan mungkin orang selalu berpikir, bahwa mereka yang ditinggalkan kematian adalah orang-orang yang paling menderita.
Tibatiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana.
Cerpen- Sad Ending. Author : Fanni salma :) Judul : Sad ending. Ada hari dimana dunia ini dimulai dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernah terpikirkan olehku namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat di duga, tak pernah terlintas apa
Mati saja kau Iblis sampah..!.. aku tak ingin punya anak dari mu.! Perempuan jalang!" pria itu tersenyum dan mulai menangis melihat wanitanya yang kini tak bernyawa. tiba-tiba mata wanita yang telah mati melotot. — Aku tersendat kaget dan tersadar, melihat sekeliling yang gelap. hanya lampu senterku yang masih bersinar.
Kasimbertanya pada Juhri yang sedang duduk di atas jok motor sambil memainkan HP. Pertanyaan barusan bukan pertama kalinya yang pernah dilontarkan Kasim. Ia kerap mengajak orang bicara tentang kematian sampai orang-orang perlahan menghindarinya, termasuk para tukang ojek yang memangkal di tempat itu. Hanya Juhri yang dianggap mampu meladeni pertanyaan Kasim tanpa merasa bosan.
Duacerpen inilah yang paling kuat mewakili tema tentang kematian. Sementara cerpen lain meski tak mengangkat tema tentang maut, namun setting yang disuguhkan tak jauh dari ajal, kematian dan mayat. Cerpen tersebut adalah ?Rumah Makam? (Putu Fajar Arcana), ?Para Ta?ziah? (Ratna Indraswari Ibrahim), ?Panikov? (Laban Abraham), ?Malaikat Kecil?
Saatkeluar aku berencana marahin kakak karena ketukannya yang begitu memusingkan kepalaku. tapi, saat aku membuka pintu.. aku kaget setengah mati "KAKKAKAK belom pakai seragam?????"tanyaku setengah marah
MQTKtj. Diskusi Babat Alas dan Selebrasi Cerpen-Cerpen Kematian 26 Februari 2012 Maya Nirwana-Bass Serasi Suatu ketika kami punya gagasan, kurang lebih begini "Pertemuan selanjutnya, tanggal 26 Februari, masing-masing bikin satu cerpen bertema 'Kematian'!" Ternyata, gayung bersambut. Kawan-kawan Komunitas Babat Alas sangat bersemangat mewujudkan gagasan tersebut. "Oke, semua harus bikin cerpen bertema kematian." Mengenai tema "Kematian" itu sendiri, didapatkan melalui sebuah KATA terakhir dari halaman sebuah buku. KATA tersebut diambil melalui kesepakatan yang diambil dengan metode Kami masing-masing mengajukan sembarang bilangan, lalu bilangan tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disepakati sebagai halaman sebuah buku. Dan, ternyata kata yang didapatkan adalah "MATI". Demikianlah, hingga pada akhirnya kami berkumpul pada Minggu pagi yang cerah. Hadir dalam pertemuan tersebut Zada Zahira Kartini dan M. Nur Aini Banyubiru, Asri Candrita Kudus, Ahmad Syarifuddin El-Syekripsi Demak. Masing-masing diberikan kesempatan untuk membacakan cerpennya. ASRI Candrita, membacakan cerpen "Satu Pagi Biru". "Satu Pagi Biru" mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Pagi. Ia kehilangan kekasihnya yang bernama Biru. Suatu ketika, Pagi melihat seorang lelaki belia yang mirip dengan Biru. Tetapi, ia tetap saja BUKAN BIRU. Karena penasaran, Pagi selalu mengikuti kemana lelaki belia itu pergi. Perlahan, tanpa disadari oleh Pagi, sosok Biru mulai tergantikan oleh lelaki BUKAN BIRU tersebut. Hingga pada suatu ketika terbongkarlah sebuah rahasia yang tersurat pada selembar surat Ibu. Ternyata, lelaki BUKAN Biru tersebut adalah adik Pagi. Mereka berselisih 9 tahun. Lelaki belia adik Pagi tersebut bernama SENJA. Setelah Asri Candrita, Zada Zahira Kartini membacakan sebuah cerpen yang cukup menyentuh berjudul "Selamat Jalan Cinta." Cerita tersebut mengisahkan tentang percintaan Eza dan Zahra. Cerita tersebut diawali dari tulisan-tulisan di diary, yang tertulis baik di laptop dan catatan di bukunya. Yang menjadi menarik dari kisah Zada adalah komentar dari kawan-kawan bahwa cerita Zada itu "FTV Banget." Dari situ akhirnya kawan-kawan tahu, bahwa Zada memang pernah berpengalaman di bidang pertelevisian. Ia pernah menjadi figuran utama dalam sebuah cerita FTv. Ia juga pernah membintangi iklan sebuah Bank Syariah di televisi. Walhasil, kawan-kawan pun merencanakan suatu saat akan membincang tentang film termasuk tentang penulisan skenario. Kemudian Menur M. Nur Aini membacakan cerpennya berjudul "Burung Misterius". Rupanya ini adalah sebuah kisah childhood. Kisah wafatnya nenek menjadi desain cerita. Cerpen Menur menjadi sangat dekat karena ia bercerita tentang pengalamannya, dan ia menuliskannya secara detail tentang kenangannya. Ia sangat rapi merawat kenangan tentang kebiasaan neneknya memberinya kelereng setiap kali ia main ke rumah. Akan tetapi, seperti yang disampaikan di awal, bahwa cerita ini adalah cerita kematian. Dan Menur dengan lihai mengemasnya dengan menghadirkan Burung Tuwu sebagai pertanda kematian. Yang terakhir adalah Ahmad Syarifuddin El-Syekripsi. Seperti halnya Menur, El-Syekripsi juga mengisahkan tentang pengalaman pada masa kecilnya. Bahwa ia memiliki seorang adik yang ketika ia ditanya, "Adik, mau punya adik lagi?" ia akan SELALU menjawab, "Aku mau punya adik lagi, tetapi adik dari tanah," katanya. Ternyata sang adik tak lama kemudian telah dipanggil ke sisi Tuhan Yang Maha Kasih karena wabah Demam Berdarah DB yang menyerang desanya. Dalam cerita tersebut, El-Syekripsi juga mengkritik kultur masyarakat pada saat itu yang masih mengesampingkan pengobatan medis. Sedangkan M. Rifan Fajrin, membacakan cerpennya berjudul "Jenazah-Malaikat". Lalu, di manakah Habib A Abdullah? Ohoho, ia datang terlambat. Dan itu diperparah dengan ia tak membaca sepotong pun cerpennya. hehehe. Piss Broo.. Akhirnya, mari berkarya menuliskan jejak sejarah kita masing-masing. Tetap semangat. Salam hangat, dan doa kuat-kuat.[]
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dan akhirnya saya telah sampai, bahkan melewati beberapa hal yang saya anggap keputusan-keputusan ini, tapi tidak untuk mengamankan diri. Kuputuskan untuk pulang setelah melewati pertimbangan yang cukup panjang dan ternyata tidak matang, membawa kecemasan untuk diri sendiri, dan "mungkin" membuat risih orang-orang sekitarku - tentu terkecuali ibu dan tiba dengan rasa cemas yang menggunung, padahal beberapa belas jam sebelumnya kecemasan ini masih mampu kubungkus rapat-rapat dengan perencanaan-perencanaan yang telah kubuat sebelum berangkat, semisal otak yang harus kupastikan tetap aktif mengawasi kalau-kalau tanganku bergerak baik itu disengaja maupun refleks. Juga bagaimana mensiasati aktivitas-aktivitas seperti ke kamar mandi, bagaimana nantinya jika hendak berjemur yang katanya baik untuk daya tahan tubuh, makan dan cuci piring sendiri hingga menentukan cara tidur yang akan selalu kubarengi dengan niatan meminimalisir resiko. Di luar dari hal-hal seperti itu, kupastikan akan lebih banyak diam. Tak lupa kuingatkan pada diri sendiri agar berpikiran yang sewajarnya bangunan perencanaan itu runtuh setiba dirumah saat terpaksa harus menahan diri mencium tangan bapak dan mencium kening ibu sebagai legitimasi bahwa lanangnya benar-benar telah pulang dimasa peceklik ini. Tiba-tiba saja pikiran akan resiko-resiko tumpah, dan tak terbendung hanya oleh sekedar berpikir astaga, kabut tebal serasa memenuhi mataku. Berdiri beberapa meter sebagai tanda mengatur jarak, Bapak menghajarku dengan sorot yang tajam seolah Ia mendapati luapan perasaan yang kukepal, sedang Ibu, dengan senyum tersimpul mendekat lalu kutampik dengan mengambil beberapa langkah ke belakang. "Ya Tuhan, saya membahayakan mereka" batinku meringis. Tak ada mungkin menuju kamar mandi membersihkan badan dan mencuci baju yang kukenakan sesuai protokol pencegahan. Apalagi di batas Desa tadi, pasukan gugus tugas telah menghujaniku - bukan menyemprot - cairan disinfektan yang sebenarnya belum jelas apakah itu baik untuk kesehatan. Setelahnya masuk kamar mengamankan kamar. Seperti biasa setiap kutinggalkan, akan selalu kujumpai kamar ini dalam keadaan nyaris tanpa debu sebutir pun. Ibulah yang rutin membersihkannya, meskipun di rumah hanya ibu dan bapak, ruangan yang kurang lebih 2x3 meter ini tak pernah luput dari perhatian mereka."Wooww dan selamat datang lagi, Bung! wahahaha!" seolah disambut girang oleh kursi, meja baca, kasur, lemari, botol-botol minuman keras yang dijadikan hiasan. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya
Selain alur yang menarik dan karakter yang kuat, ending atau penutup juga berperan penting dalam sebuah cerita—baik itu cerpen, drama, maupun novel. Ending merupakan salah satu penentu apakah cerita yang kamu tulis akan diingat lama dalam benak pembaca, atau sebaliknya—dilupakan begitu saja. Ada banyak cara untuk menutup ceritamu, mulai dari membuat akhir yang bahagia, tragis, atau yang membingungkan. Nah, berikut ini 7 jenis ending dalam cerita yang perlu kamu ketahui. Selanjutnya tinggal menentukan mana yang cocok untuk digunakan. 1. Surprise Ending Surprise ending atau yang juga dikenal dengan plot twist merupakan penutup di mana pembaca dibuat terkejut oleh akhir dari sebuah cerita. Ending ini akan mematahkan gambaran yang telah dibangun pembaca dengan sesuatu yang tak terduga. Penulis biasanya membuat alur yang bertolak belakang dengan ending, sehingga sulit ditebak. Ending jenis ini dikatakan berhasil apabila pembaca merasa terkejut, tak percaya, dan tertipu. 2. Happy Ending Happy Ending merupakan jenis penutup yang paling banyak digunakan. Dalam ending ini, harapan dan keinginan tokoh tercapai. Meski banyak dipakai, tidak semua cerita dengan happy ending mampu membuat pembaca terkesan, tak jarang cerita ini justru yang paling mudah ditebak. Oleh sebab itu, penulis harus membangun kekuatan lain, misalnya konflik yang pelik, alur yang rumit, atau karakter yang kuat. Sehingga pembaca dapat mengambil pelajaran bahwa akhir bahagia yang dirasakan sang tokoh merupakan buah dari perjuangan tak kenal henti. 3. Sad Ending Kebalikan dari happy ending, sad ending biasanya membuat pembaca merasa sedih. Umumnya cerita berakhir dengan hal-hal yang tidak disukai, misalnya kematian, kegagalan, atau kehilangan. Tidak banyak cerita yang menggunakan ending jenis ini karena memang tidak banyak pembaca yang menyukainya. Namun, jika dieksekusi dengan baik, cerita dengan sad ending justru bisa mendatangkan kesan tersendiri bagi pembaca. 4. Question Ending Dalam question ending, cerita berakhir dengan menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Biasanya jenis ending ini terdapat dalam cerita bersambung atau novel berseri. Tujuannya untuk membangkitkan rasa penasaran sehingga pembaca menantikan kisah selanjutnya. 5. Circular Ending Circular ending terdapat dalam cerita yang memiliki pola melingkar. Dalam ending ini, akhir dari sebuah cerita adalah awal cerita itu sendiri. Memasuki bagian penutup, pembaca akan diajak menelusuri ulang perjalanan tokoh, mulai dari pengenalan, munculnya konflik, klimaks, hingga menemukan resolusi. Jadi, ending akan berkaitan dengan awal cerita. 6. Open Ending Open ending adalah jenis penutup cerita yang tidak selesai alias menggantung. Biasanya pembaca merasa seolah-olah cerita terhenti begitu saja. Open ending akan menyisakan banyak hal yang mengganjal di benak pembaca. Tujuan dari ending jenis ini ialah agar pembaca menciptakan akhir kisahnya sendiri sesuai keinginan dan imajinasi masing-masing. 7. Close Ending Yang terakhir adalah close ending. Seperti namanya, ending ini tidak menyisakan pertanyaan apa pun alias tertutup. Penulis menjelaskan semua sebab-akibat dalam ceritanya, sehingga tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan. Dalam close ending, cerita benar-benar selesai. Tidak ada alternatif lain. Pembaca pun akan merasa lega karena telah mengetahui semuanya. Itulah 7 jenis ending yang dapat kamu gunakan untuk mengakhiri karanganmu. Tidak sedikit pula penulis yang menggabungkan beberapa jenis penutup cerita agar makin memikat. Jadi, ending mana yang akan kamu tulis?